Biasanya dulu ketika pandemi global COVID-19 berlangsung dan masih jauh dari bayangan, ada konsep social bubble yang masih belum familiar. Akan tetapi kini, di tengah ketidakpastian pandemi COVID-19 di seluruh dunia, adanya lingkaran sosial ini juga bisa jadi penyelamat kesehatan mental bagi seseorang agar tidak merasa terisolasi dan kesepian.
Pastinya perlu konsistensi dan juga perencanaan yang matang untuk membentuk lingkaran sosial ini. Sebaiknya, jumlah orang yang termasuk dalam lingkaran juga sebenarnya tidak terlalu banyak juga tidak jadi masalah.
Namun apakah kamu tahu apa itu social bubble?
Kemudian Pengertian social bubble adalah suatu kelompok orang yang sepakat untuk membatasi interaksi sosial hanya untuk bertemu pada satu sama lain. Dengan istilah lain untuk fenomena ini yakni quaranteams atau pods. Pada Social Bubble juga bisa terdiri dari anggota keluarga, terdiri dari teman, terdiri dari tetangga, ataupun rekan kerja.
Namun jika dilihat dari kacamata kesehatan mental, maka social bubble adalah cara seseorang supaya bisa tetap waras di tengah pandemi yang juga mengharuskan membatasi interaksi dengan orang lain.
Sejatinya karena, manusia sebagai makhluk sosial juga tentu masih membutuhkan interaksi yang aman di masa pandemi sekarang ini.
Karena ketika bersamaan, tentu saja egois namanya jika ada seseorang yang memaksakan bertemu setelah berkelana dan berinteraksi dengan banyak orang sebelumnya. Sehingga pada konsep social bubble, maka tidak akan bisa terjadi.
Pada hal ini punya alasannya karena setiap individu dalam lingkaran sosial itu mereka sudah sepakat untuk hanya berinteraksi dengan orang-orang dalam lingkaran yang sama saja, tidak lebih. Dengan begitu, risiko menjadi carrier dan juga menularkan virus COVID-19 juga dapat ditekan.
Namun tidak terlepas dari berapa anggota dalam sebuah lingkaran, karena ada satu hal yang pasti yaitu kesepakatan. Sehingga peraturan tentang apa saja yang harus dilakukan dan dihindari dalam kelompok tersebut.
Misalnya saja semua harus sudah mendapatkan vaksinasi, mereka juga harus memakai masker, dan juga membatasi mobilitas sdan interaksi. Tidak hanya itu, tentu faktor lain yang seperti kondisi medis dan juga perilaku masing-masing individu juga menjadi pertimbangan sebelum akan membentuk social bubble.
Manfaat dari social bubble secara mental
Jika bisa konsisten dengan menjaga protokol kesehatan serta membatasi jumlah orang dalam lingkaran sosial, karena ada banyak manfaat konsep ini yakni terhadap kesehatan mental. Untuk beberapa di antaranya yaitu:
1. Bisa mengusir kesepian
Hal ini sangat berbeda dengan sengaja menyendiri, maka rasa kesepian bisa berdampak buruk bagi kesehatan mental. Terutama bila pertama kali pandemi COVID-19 terjadi, maka semua orang diminta karantina di rumah. Dari semua ini yang terjadi begitu mendadak. Tidak ada persiapan, dan tanpa tanda-tanda.
2. Dapat Merasakan sentuhan fisik
Untuk bisa merasakan sentuhan fisik rupanya merupakan salah satu faktor krusial terhadap kesehatan mental. Pada saat terjadi interaksi bersentuhan dengan orang lain, maka rasa stres, cemas berlebih, depresi, ataupun menderita akan dapat berkurang.
3. Sebagai stimulasi sensori anak
Tidak hanya untuk orang dewasa, namun dengan social bubble juga dapat bermanfaat untuk anak-anak. Apa lagi ketika memiliki teman sebaya yang berada di lingkaran sosial sama serta bisa berinteraksi bersama, sehingga ini akan memberikan stimulasi pada sensori mereka agar bisa lebih berkembang.
Terutama jika anak memang memerlukan interaksi secara langsung demi sebuah pengalaman yang lebih menyenangkan. Karena semua ini pastinya tidak bisa tergantikan oleh adanya interaksi virtual lewat layar belaka. Mungkin itu saja informasi dari artikel kesehatan ini selebihnya mohon maaf jika ada kesalahan.